Kuliah Umum Al Busyra: Diplomasi Publik Itu Penting

Al Busyra Basnur sedang menyampaikan materi tentang diplomasi publik dalam kuliah umum mahasiswa HI UNS di ruang sidang 2 Gedung Pusat dr. Prakosa, Kamis (2/4).

Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan diplomatic course bertemakan “Sustainability of Indonesian Development in International Context” di ruang sidang 2 Gedung Pusat dr. Prakosa, Kamis (2/4). Acara yang dikemas dalam bentuk seminar tersebut disampaikan secara langsung oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Ditjen LDP Kemenlu) Indonesia Al Busyra Basnur.
Acara yang berlangsung selama dua jam tersebut, dibuka oleh Rektor UNS, Ravik Karsidi. Ia mengapresiasi atas kedatangan Al Busyra Basnur dan tim Kemenlu di UNS. Dalam sambutannya, Ravik berharap mahasiswa dari program studi yang baru berdiri sejak tahun 2012 tersebut dapat magang di Kemenlu Indonesia. “Semoga setelah ini mahasiswa HI UNS lebih diperhatikan, mengingat prodi HI ini masih terbilang baru. Sehingga diberi space yang lebih banyak untuk magang di sana (Kemenlu—red),” tuturnya pada Al, panggilan akrab alumni Universitas Andalas, Padang tersebut.
Dalam sesi penyampaian materi, Al menjelaskan tentang pentingnya diplomasi publik bagi Indonesia. Menurutnya, diplomasi publik merupakan suatu cara untuk mencari teman sebanyak-banyaknya di kalangan masyarakat negara lain. Sehingga akan berdampak pada kontribusi terhadap hubungan baik antar negara.
Program-program kerja dari Ditjen LDP Kemenlu juga memegang prinsip dari tujuan diplomasi publik, yaitu untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Beberapa program kerja tersebut diantaranya adalah Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI), Bali Democracy Forum (BDF), dialog lintas agama, pelatihan umum, kuliah umum, dan lain sebagainya. “Program kerja Ditjen LDP Kemenlu, 70% membutuhkan bantuan kerja sama. Baru 30% itu benar-benar mandiri,” ujarnya menjelaskan tujuan diplomasi publik.
Al juga menerangkan diplomasi bukan hanya ranah pejabat saja. Kita juga merupakan pelaku dari diplomasi publik. Al memberi contoh ketika kita meng-upload foto di akun sosial media.
Selain itu, Al memaparkan pula tentang diplomasi yang tengah digencarkan oleh beberapa negara. Jenis diplomasi tersebut dikenal dengan istilah soft power diplomacy. Soft power diplomacy dapat dilakukan dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh negara tersebut. Dapat pula dengan ragam budaya, makanan khas, bangunan bersejarah, dan lain sebagainya. [afifah.red.uns.ac.id]