Minimalisasi Golput, KPU Blusukan Kampus

Komisi Pemilihan Umum (KPU) gencar menyambangi kampus di seluruh Indonesia guna menyosialisasikan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang digelar Rabu (9/4) tahun depan. Sebanyak 32 perguruan tinggi akan dikunjungi KPU selama kurun 2013.
“Kampus dari segi jumlah dan pengaruh sangat strategis. Karena mereka adalah orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik dibanding dengan warga bangsa yang lain. Di Indonesia yang tidak kuliah lebih banyak daripada yang kuliah. Paling tidak yang mahasiswa ini akan dihargai didengar menjadi narasumber di keluarganya kalau tidak di lingkungannya. Dan sosialisasi di kampus ini menjadi semacam mengembalikan ke khitahnya demokratisasi di Indonesia,” kata Ketua KPU Husni Kamil Malik saat dijumpai wartawan di sela-sela Seminar KPU Goes To Kampus di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS), Senin (27/5).
KPU, lanjut Husni, akan melakukan pendekatan yang semakin masif kepada kalangan terdidik. Sebelumnya, pada tahun 2012, KPU sudah melakukan sosialisasi di enam perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan, pada tahun 2014, sosialisasi akan dilakukan lebih masif lagi dengan melibatkan daerah.
“Di tahun 2014 nanti kita akan menurunkan tingkat pengelolaan lebih dekat dengan mayoritas kampus yang ada di Indonesia. Kalau sekarang masih dikelola oleh KPU di Jakarta. Nanti akan dikelola oleh daerah. Nanti kita akan biayai. Jumlah mahasiswa itu kan jutaan itu akan kita dekati secara masif,” jelas Husni.
Dipilihnya kampus sebagai tempat sosialisasi, menurut Husni, karena kampus menjadi tempat berkumpulnya para pemilih rasional. “Ini memang dalam tanda kutip sarangnya pemilih rasional. Kalau saya kurang setuju dengan istilah golput untuk pemilih rasional. Mereka sebenarnya tahu pentinganya pemilu. Tapi mereka meilih tidak hadir karena barangkali pilihannya tidak tersedia. Dan kalau memilih dan tidak memilih karena rasionallitas maka sesungguhnya itu lah pemilih yg mau dihasillkan. Kelompk-kelompok seperti itulah yang justru ingin dihasilkan dari kegiatan sosialisasi yang masif ini,” tandasnya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada partai politik untuk melakukan pendidikan politik. “Selain itu, (parpol) bisa mencalonkan kandidatnya yang benar-benar mewakili aspirasi masyarakat sehingga serapan motivasi untuk memilih menjadi besar,” imbau Husni.
Selain blusukan kampus, KPU juga menggelar kegiatan lain untuk menekan golput, seperti: melakukan evaluasi terhadap daftar pemilih. “Jangan-jangan daftar pemilih ini terjadi duplikasi. Misal orang wonogiri itu kan banyak yang merantau. Di wonogiri ia tercatat, di daerah rantau ia juga tercatat. Ini juga turut menyumbang angka partisipasi yang rendah. Ada juga yang tidak terdaftar. Kami ingin pastikan semua pemilih bisa terdaftar,” pungkas Husni. [red.uns.ac.id]