Jurnalis Harus Cakap Kuasai Lapangan

Jurnalis Harus Cakap Kuasai Lapangan

Tanggung jawab seorang jurnalis sebagai media penyampai informasi kepada publik, tidak sepele. Jurnalis harus menguasai lapangan. Sehingga dapat memberikan informasi yang aktual dan faktual kepada masyarakat.
“Jurnalis kalau gak terjun ke lapangan gak afdal. Bagaimana ia bisa mendapatkan informasi jika tidak di lapangan,” ujar Rory Asyari, pembawa berita salah satu televisi nasional usai mengisi kegiatan Workshop News Anchor yang digelar di ruang Seminar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Senin (1/4).
Ia menjelaskan, meskipun seorang jurnalis telah mendapat tempat di kantor, namun ia tetap harus menggali informasi lapangan untuk meng-update wawasanya. Menurutnya, mencari berita sudah menjadi satu paket dalam jurnalis. Sehingga tidak dapat ditinggalkan begitu saja. “Jurnalis itu memang tugasnya mencari berita, mengolah, dan menulis berita. Jadi gak bisa misalnya pembawa berita di studio (televise) hanya enak – enakan saja tidak menggali informasi. Dia tetap perlu terjun ke lapangan agar lebih kritis terhadap perkembangan sekitar,” tegas Rory yang juga alumni program studi (prodi) Ilmu Komunikasi FISIP UNS ini.
Di samping kecakapan menguasai lapangan, untuk menghasilkan jurnalistik yang baik, seorang jurnalis wajib hukumnya memiliki kecakapan menulis dan menyajikan berita yang dibuat. Sebab itu, dalam workshop kemarin, mantan Putra Solo 2006 ini memberikan materi mengenai proses pembuatan berita live report yang menarik, komprehensif, dan efektif.
“Untuk menghasilkan karya jurnalistik yang baik dan berkualitas, jurnalis perlu memiliki softskill yang baik yakni dengan menggabungkan kecakapan penguasaan lapangan dan kecakapan menulis berita yang baik,” ujar dia.
Dijelaskannya, berita yang menarik, komprehensif dan efektif harus memuat enam unsur wajib jurnalistik. Yakni 5W 1H (What, Who, When, Where, Why, How). Ke enam unsur tersebut yakni apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana yang harus masuk dalam berita. “Lead berita itu kan yang paling penting. Jadi dia sebagai gambaran umum dari isi berita. Untuk berita yang efektif, kita bisa membayangkan isi beritanya dari lead itu,” terangnya.
Sementara itu, ketua pelaksana workshop Miftah Farid Widhagha mengatakan, kegiatan yang diikutu oleh 50 peserta itu menyajikan bebebrapa wawasan praktis terkait dunia presenter berita televise. “Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa terhadap ilmu praktis sebagai presenter berita dan menambah wawasan mereka di bidang jurnalistik,” tuturnya. [Bagian Sistem Informasi UNS]