Bangun Komunikasi Efektif Lewat Bahasa

Penggunaan bahasa menjadi kunci kelancaran hubungan antarpegawai di kantor. Selain untuk membangun kerjasama formal, bahasa juga mampu membuat hubungan pribadi antarpegawai menjadi hangat.

Hal itu dikemukakan oleh Prof. Janet Holmes, salah satu pembicara dalam International Conference on The Use of Languange for Communication in Different Professions pada hari Selasa, 11 September 2012 di Kusuma Sahid Prince Hotel, Solo, Jawa Tengah.

“Saya memilih materi ini karena saat orang bekerja di kantor yang terpikir hanya membangun kerjasama formal yang berkaitan dengan pekerjaan saja. Jadi jarang sekali hubungan pribadi bisa dioptimalkan,” ujarnya usai menyampaikan materi seminar.

Dia menjelaskan, dalam penelitiannya ia menemukan banyak sekali orang tidak bisa menyampaikan komplain karena terhambat pemahaman bahasa yang kurang baik. Maka itu, ia cenderung berorientasi pada membangun suatu cara untuk membekali pengetahuan imigran di New Zealand misalnya mengenai cara menyampaikan komplain.
Dengan cara itu komplain dapat didengar, diterima, tercapai apa yang diinginkan, dan tidak salah tafsir. Selain itu, diperlukan pula strategi khusus seperti terkait soal kultur yang berbeda. Strategi itu sebagai contoh, penyampaian bisa dilakukan secara indirect atau tidak langsung dan direct atau secara langsung.

Dalam strategi tersebut, para imigran tidak diajarkan hal seperti kalimat “Beri saya ikan untuk lauk saya.” tetapi diajarkan dengan kalimat “Bisa tidak diberi ikannya lagi, karena saya kurang lauknya”. Janet menilai, melalui strategi itu akan didapat respons yang lebih baik dan positif.

Dia pun bercerita mengenai program yang ia lakukan di New Zealand. Dia menuturkan, para imigran yang masuk ke negaranya harus mengikuti semacam persiapan berupa pengajaran bahasa Inggris. Dengan cara ini pula pemerintah New Zealand membantu para imigran untuk mendapatkan rumah, memilih pekerjaan serta mengikuti pelatihan-pelatihan yang mendukung kemandirian imigran.

Tantang terbesar yang ia hadapi beragamnya kultur pada masyarakat pendatang. Untuk mengatasi hal itu, Janet mencoba untuk memberikan pengertian kepada para pekerja yang berasal dari dua kultur yang berseberangan baik itu melalui indirect maupun direct. “Tahun penelitian dan pengambilan data wagra asli New Zealand diambil pada 1996 dengan 500 informan, sedangkan untuk pekerja imigran diambil lima tahun lalu dengan 12 orang yang menjadi informannya,” papar Janet.

Secara terpisah, Rektor Universitas Sebelas Maret Prof. Dr. Ravik Karsidi,MS mengungkapkan, problem utama bangsa Indonesia saat ini adalah komunikasi. Dia berpendapat, sangatlah penting untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif utamanya antarprofesi. “Komunikasi itu jadi persoalan utama bagi bangsa kita. Apalagi sebentar lagi ada Asean Community pada tahun 2015. Nanti bahasa bisa jadi soal,” ungkap Ravik.

Melalui seminar semacam ini, urai Ravik, penting dalam mengambil peranan terutama bahasa untuk inisiasi hubungan antarbidang atau profesi. Ia pun berharap, ke depan akan dapat menghasilkan linguis-linguis yang dapat membantu masyarakat dengan berbagai profesi. “Tahun lalu ada seminar pula tentang penerjemahan, dan dalam hal ini tidak hanya tahu tentang translate saja tetapi juga mampu menerjemahkan poin atau makna yang ada disitu,” pungkasnya. (Tim Web UNS).