UNS dan SEAMOLEC Galang Pendidikan Hybrid

UNS melakukan penanda-tanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) dalam rangka kerja sama pemberian pembelajaran bagi guru SD yang belum S-1. Penandatanganan dilakukan oleh Rektor UNS Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., dengan Direktur SEAMOLEC Dr. Ir. Gatot Hari Prijowiryanto, Rabu (28/3).

Penandatanganan MoU dilakukan dalam serangkaian kegiatan Seminar Nasional Pendidikan yang digelar oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Solo. Kerja sama tersebut merupakan salah satu upaya UNS dan SEAMOLEC dalam mengem-bangkan kualitas pembelajaran sejak dini. “Sekarang ini anak-anak SD sudah pada pintar, jadi gurunya pun harus lebih pintar,” ujar Gatot. Gatot juga menyam-paikan bahwa penandatanganan ini masih merupakan langkah awal yang penindaklanjutannya akan dibahas dalam pertemuan dengan kepala dinas se-Solo raya.

Kuota sejumlah 500 orang guru SD yang belum S-1 dan yang tersebar di daerah-daerah se-Surakarta akan berkesempatan mendapatkan beasiswa pendidikan tersebut. Persyaratannya adalah bahwa guru tersebut harus mau mengikuti program, belum mendapatkan beasiswa dari tempat lain, memiliki NUPTK, dan mempunyai peralatan atau device yang menunjang pembelajaran. Device yang dimaksud adalah memiliki PC, laptop, tablet, atau alat lain yang dapat menunjang pembelajaran jarak jauh. Selain itu, penerima beasiswa juga harus memiliki account seperti ims, skype, blog, facebook, twitter, atau yang lainnya.

“Perkuliahan nantinya akan diselenggarakan dalam sistem dual modes (hybrid). Sistem dual modes merupakan penyelengga-raan layanan pendidikan dengan menerapkan sistem tatap muka (konvensional) dan jarak jauh (distance learning),” papar Gatot dalam Seminar Nasional Pendi-dikan yang bertema Paradigma Baru Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, dituturkan Gatot, melalui sistem pendidikan hybrid yang diterapkan dalam program PTJJ (Pendidikan Tinggi Jarak Jauh) S-1 PGSD ini, guru sebagai mahasiswa dituntut untuk belajar dengan memanfaatkan berbagai bahan ajar (cetak, audio/visual, dan berbasis jaringan), serta tutorial tatap muka dan online. Dengan demikian, proses pembelajaran pada Program PTJJ S-1 PGSD lebih diarahkan pada pembelajaran mandiri.

Sementara Pembantu Dekan I FKIP UNS Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si mengungkapkan bahwa kualitas pembelajaran ditentukan oleh berbagai komponen yang diantaranya adalah guru, siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas pendukung lainnya. “Pembelajaran tentunya tidak pure IT, tapi juga ada tutorial, karena karakter building masih diperlukan,” ungkapnya.

Selanjutnya, Sajidan juga menuturkan bahwa pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) merupakan tuntutan logis dari perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS). Perkembangan IPTEKS mengisyaratkan penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara terus-menerus. “Disamping itu perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas lulusan dan keberadaan LPTK,” jelasnya.    [red. uns.ac.id]