UNS Kembangkan Sepeda Listrik
Setelah memperkenalkan mobil listrik pada perayaan Dies Natalis XXXVI beberapa bulan lalu, Universitas Sebelas Maret (UNS) kini merambah perancangan sepeda listrik. Sepeda listrik rancangan UNS itu dipamerkan pada pameran otomotif dalam rangka memperingati Hari Teknologi Nasional di Bandung, pada hari Kamis, 30 Agustus 2012.
Sepeda listrik karya mahasiswa dan dosen D3 Teknik Mesin itu memiliki kemampuan melaju dengan kecepatan hingga 40 km perjam dengan jarak tempuh mencapai 40 km dalam sekali pengisian selama 3 jam. Sepeda dengan kekuatan 0,5 – 0,75 HP (horse power) itu mengusung baterai lithium ion dengan catu daya 36 Volt dengan kuat arus 15 Ampere.
Salah satu dosen pembimbing perancangan sepeda listrik UNS, Prof. Muhammad Nizam, Ph.D mengatakan, “Maksud kami mengembangkan sepeda listrik karena ingin mendukung program green campus-nya UNS. Gimana mau green kalau motor masih berkeliaran di kampus,” kata Nizam saat ditemui wartawan di Kantor Humas dan Kerjasama UNS pada hari Rabu, 29 Agustus 2012.
Ia berharap, sebagai langkah awal, sepeda listrik itu akan dioperasikan di tiap fakultas minimal 1 buah. “Jadi kalau ngantar surat itu tidak perlu naik motor lagi. Tinggal kasih keranjang di bagian depan sudah bisa buat bawa surat-surat. Ini juga menjadi semacam percontohan, sebagai benchmarking, sekaligus menjadi cara untuk menyiapkan after sales jika nantinya akan diproduksi secara masal,” paparnya.
Nizam mengakui jika di pasaran sudah banyak beredar pelbagai model sepeda listrik. Namun, kebanyakan sepeda listrik itu buatan asing. “Di pasaran memang sudah banyak beredar sepeda listrik. Tapi kan kebanyakan dari China. Kalau seperti itu lalu dimana kemandirian bangsa?” ungkapnya, antusias.
Sepeda listrik yang dipamerkan di Bandung itu memiliki dua jenis model, yaitu: downhill dan seli (sepeda lipat). Jenis downhill memiliki bobot sekira 60 kg. Sedangkan untuk jenis seli memiliki bobot lebih ringan yakni sekira 45-50 kg. “Jenis seli itu bukan berarti bisa dilipat sepedanya. Itu hanya tiruan model saja yang menyerupai seli,” kata Nizam.
Nizam menambahkan bahwa sepeda listrik yang dihasilkannya itu mengusung teknologi hybrid yaitu berupa kombinasi antara sepeda kayuh dan motor listrik. “Kalau mau pakai motor listriknya, listrik putar saklar trus tarik gas saja. Tapi misal di jalan macet, masih bisa dikayuh seperti layaknya sepeda kayuh yang lain,” terangnya.
Ia menilai, untuk pengembangan sepeda listrik secara masal itu masih perlu penyiapan banyak hal utamanya regulasi dan infrastruktur. Masalah regulasi itu penting. Kita harus mendorong pemerintah untuk menghasilkan regulasi yang mendukung. Selain itu, infrastruktur transportasi pun menjadi sorotan utamanya persoalan jika baterai habis.
“Perlu disiapkan bagaimana mengatasi misal baterai habis di jalan. Apa menyediakan semacam tempat charging baterai atau menyewa saja. Kalau yang sudah ada di luar negeri kan sistemnya sewa. Jadi pengguna sudah tidak perlu repot-repot lagi merawat baterai,” pungkas pria berkacamata itu mengakhiri wawancara.
Kendati demikian, Nizam menerangkan pihaknya masih terus berupaya mengembangkan kemampuan sepeda listrik karyanya utamanya pada motor dan baterai. Baterai yang dimilikinya saat ini memiliki daya pakai efektif hingga 1.000 kali pengisian. (red.uns.ac.id).