Dosen FMIPA UNS Temukan Pendeteksi Banjir Berbasis SMS

Banjir yang sering melanda di sepanjang sungai Bengawan Solo menjadi alasan Sorja Koesuma, Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS ciptakan alat pendeteksi banjir Early Warning System (EWS). Banjir yang menimpa daerah pinggiran sungai Bengawan Solo sering luput dari peringatan. Pihak Balai Besar Bengawan Solo sebenarnya sudah mengantisipasi banjir melalui alarm yang dipasang di beberapa titik. Namun, alat yang memberi peringatan melalui bunyi sirene ini dirasa kurang berhasil. Alarm kadang tidak berbunyi saat volume air meninggi.

Melalui EWS yang dikembangkan Sorja, peringatan status ketinggian air bisa langsung dikirim secara otomatis melalui pesan singkat pada telepon genggam. Apabila debit air naik, mikro kontrol akan bekerja dan mengirim SMS secara otomatis kepada joyoboyo (penjaga air) dan kepala desa. Selanjutnya, peringatan akan diteruskan kepada masyarakat. “EWS memiliki tiga level sensor yang disesuaikan dengan status banjir, yakni, sensor pada level siaga, waspada, dan awas,” terang Sorja, Senin (15/12/2014) di kantor Humas UNS. Untuk level siaga, peringatan diberikan setiap 6 jam sekali. Untuk level waspada, peringatan diberikan setiap 2 jam. Sedangkan untuk level awas, diberikan setiap 1 jam.

Alat yang dikembangkan Sorja menggunakan sel surya sebagai sumber listrik sehingga tidak akan terpengaruh bila PLN mati . Alat pendeteksi ini dipasang di bawah jembatan di desa Pandak, Sribit, dan Tenggak, Sragen, dan akan dipasang di Ponorogo, Jawa Timur. Desa Pandak, Sribit dan Tenggak merupakan daerah rawan banjir.

Karena menggunakan jaringan operator telepon seluler, EWS sangat bergantung pada sinyal. Sehingga, kendala berupa informasi yang pending mungkin terjadi. Meski demikian, Sorja berharap melalui alatnya, masyarakat lebih waspada akan datangnya bahaya banjir. Alat tersebut bersifat regional, yakni hanya untuk daerah tertentu saja, sehingga memiliki informasi yang lebih akurat. [anna.red.uns.ac.id]