Solo Bakal Miliki MRT
Kota Solo direncanakan bakal memiliki Mass Rapid Transit (MRT). Hal itu dilakukan menyusul tingginya pertumbuhan kendaraan di Solo yang mencapai 36 persen yang diprediksi akan berdampak terjdinya kemacetan lalu lintas dalam beberapa tahun ke depan.
Demikian ungkap Kepala Dinas Perhubungan dan Informatika (Dishubkominfo) Solo Yosca Herman Soedrajad saat ditemui wartawan di sela-sela Seminar Nasional Penerapan Sistem Mass Rapid Transit (MRT) dalam Mengatasi Permasalahan Transportasi Perkotaan, Selasa (8/10), di Ruang Seminar Utama Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS).
Rencana pembangunan MRT di Solo, menurut Kadishub, sudah masuk ke dalam grnad design Dishubkominfo dalam Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) selama 20 tahun ke depan. “Kita sudah punya grand design namanya Tatralok selama 20 tahun. Selain BRT, ada MRT. Karena kita melihanya bukan Solo tapi Solo Raya. Sekarang saja mobilitas di Solo rata-rata 2,6 juta kendaraan lalu lintas kalau siang. 2015 nanti diprediksi sudah 3,4 juta. Pasti macet, butuh solusi cepat,” kata Herman.
Kendati demikian, tandas Herman, pihaknya masih fokus pada pengembangan BRT yang telah beroperasi sejak 2010. Menurutnya, pada tahun 2015 akan selesai sembilan koridor yang melayani transportasi di kota Solo dan sekitarnya. “BRT seperti Batik Solo Trans (BST sudah mau lintas empat kota atau kabupaten, yakni Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Solo. Pak Wali (Walikota Solo) minta sembilan koridor bisa diselesaikan tahun 215,” tuturnya.
Sementara, Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono menilai, sistem transportasi di kota Solo terbilang baik. Apalagi Solo memiliki BST dan Car Free Day (CFD) yang telah menjadi ikon kota Solo.
Ia berharap, agar Solo tidak terlambat untuk mengimplementasikan MRT sebagai solusi mengurai kemacetan perkotaan. “Semoga Solo tidak terlambat seperti Jakarta. Sekarang ini penduduk kota berorientasi kendaraan pribadi. Mobil dan motor terus bertambah. Tapi, jalan segitu-gitu aja. Pembangunan jalan bukan solusi. Jadi, perlu ada perpindahan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ujar Bambang.[red-uns.ac.id]