Dua Pujangga Diusulkan Jadi Pahlawan
Dua pujangga besar dari masa Keraton Solo abad 18 -19, yaitu Yasadipura I dan Yasadipura II, diusulkan menjadi pahlawan kebudayaan. Ide itu mengemuka dalam acara Seminar Nasional bertemakan Peran dan Kedudukan Pujangga Yasadipura dan Karya – Karyanya Dalam Perkembangan Sastra Djawa yang digelar di Ruang Seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada Selasa (24/09/2013).
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Pardi Suratno menilai Yasadipura I dan Yasadipura layak untuk mendapatkan penghargaan tersebut atas jasanya dalam pembaruan Sastra Jawa. “Ketika saya lihat fokus pokok persoalan tentang Yasadipura dalam seminar ini, jujur saya merasa gembira dengan inisiatif itu. Karena saya kagum dengan beliau yang budayawan dan menguasai bahasa seperti Jawa Baru, Arab, dan Melayu. Apresiasi tinggi buat Yasadipura,” tuturnya di sela-sela acara.
Untuk itu, perlu dilakukan kerjasama khususnya dalam mewujudkan penelitian terhadap Yasadipura di lingkup kampus UNS setempat dalam rangka membedah Yasadipura lebih dalam. Penelitian tersebut utamanya mengenai keberadaan Yasadipura dimana melalui karya-karya sastranya yang berpengaruh besar terhadap perkembangan Sastra Jawa hingga sekarang. “Perlu kerjasama penelitian tentang itu. Dan mengharapkan tahun 2014 digelar penelitian serius tentang Yasadipura, yang kemudian bisa dipaparkan hasilnya dalam Kongres Bahasa Jawa pada 2015 mendatang. Kalau itu bisa, bukan tidak mungkin ketika kemudian Yasadipura diangkat sebagai pahlawan kebudayaan,” urainya.
Senada dengan hal itu, tersebut Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Marsono mengungkapkan keberadaan kepustakaan Jawa pada era Keraton Solo awal adalah karena jasa dari Yasadipura I dan II. Ayah dan anak tersebut menghasilkan banyak karya gubahan dan ciptaan. Yasadipura berhasil menggubah Arjuna Wiwaha Gubahan Macapat, yang ditulis dari sumber Arjuna Wiwaha Kakawin Jawa Kuna karya Empu Kanwa. Di dalam karya ini isi teksnya menceritakan tentang perjalanan Arjuna Bertapa.
Selain itu, juga ada Bratayuda Gubahan Macapat yang digubah dari sumber Bharatayuddha Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kisah itu menceritakan tentang peperangan keluarga Pandawa melawan Kurawa. Lalu ada pula Dewaruci Gubahan, Ramayana Gubahan Macapat yang ditulis dari sumber Ramayana Jawa Kuna Tembang Gedhe jaman Prabu Dyah Balitung Kerajaan Mataram Hindu, Serat Ambiya Gubahan, hingga Serat Menak Gubahan Macapat.
Sedangkan karya sastra ciptaan Yasadipura I di antaranya ada Serat Cebolek, Babad Giyanti, dan Babad Prayut. Karya sastra ciptaan Yasadipura II yang terkenal ada Serat Centhini. “Yasadipura I merupakan pujangga besar Kerajaan Surakarta pada abad ke-18, sedangkan Yasadipura II pada abad ke-19. Periode ini dikenal sebagai masa renaissance ‘kebangkitan’ sastra Jawa. Yasadipura I merupakan pujangga peletak dasar renaissance ‘kebangkitan’ itu,” urai Marsono.
Sementara itu Dekan FSSR UNS Riyadi Santosa mengungkapkan seminar tersebut merupakan tindak lanjut dari MoU yang digelar antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan seluruh perguruan tinggi (PT) di Jawa Tengah (Jateng) yang telah ditandatangani pada tahun sebelumnya. Diharapkan, dengan adanya kegiatan ini, kedepannya dapat mengarah pada kerjasama penelitian.[red-uns.ac.id]