Rumput Gajah Bisa Jadi Sumber Energi Alternatif

Keberadaan batubara berhasil menyuplai 49 persen energi listrik dunia.Ia menempati urutan kedua setelah minyak bumi dengan kontribusi sebesar 26 persen. Menurut prediksi International Energy Agency (IEA), kontribusi batubara sebagai sumber energi akan meningkat menjadi 29 persen pada tahun 2030. Persediaan batubara pun terancam menipis karena sifatnya yang tak bisa diperbarui.

Kondisi itulah yang mendorong ilmuwan Belanda Prof. Dr. Ir. Reginal A Theisj untuk melakukan riset mencari sumber energi yang selain bisa diperbarui, ia juga bisa tidak mengandung polutan tinggi. Dalam risetnya, Theisj menemukan bahwa terdapat gas yang bisa berfungsi sebagai sumber energi yang berasal dari bambu Thailand. Kandungan gas yang sama juga terdapat pada batang rumput gajah atau miskantus yang banyak tumbuh liar di Indonesia. Theisj memaparkan hasil risetnya di hadapan akademisi dan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) serta murid-murid Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Firdaus, Selasa (22/4).

“Ini temuan baru.Penelitian-penelitian sebelumnya itu berupa pengambangan bioenergi dari kotoran ternak atau tanaman alga. Karena di Indonesia jenis rumput gajah banyak ditemukan, kami antusias untuk mengembangkannya,” kata Koordinator Kelompok Studi Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UNS Diagal Wisnu Pamungkas, saat ditemui di sela-sela acara Penanaman Bibit Rumput Gajah sebagai Bioenergi Alternatif di Laboratorium Alam SMA Al-Firdaus, Kartasura, Sukoharjo.

Menurut Diagal, pengembangan energi bersumber batang rumput gajah baru dikenalkan Theisj sebulan silam. Ini merupakan kali pertama penanaman rumput gajah hasil kerjasama dengan Theisj, UNS, dan SMA Al-Firdaus sebagai pilot project untuk pengembangan bioenergi yang lebih luas.

Sementara, Staf Ahli Bidang Pendidikan SM Al-Firdaus sekaligus akademisi FMIPA UNS, Sutanto, mengungkapkan, pengembangan bioenergi bersumber rumput gajah tersebut baru memasuki tahap permulaan. Ke depan, pihaknya akan meningkatkan intensitas dalam mengedukasi masyarakat untuk pengembangan bioenergi alternatif  ini. “Pembelajaran tentang pengembangan green energy akan masuk dalam kurikulum pendidikan selama satu tahun.Edukasi kepada masyarakat bisa dilakukan melalui program KKN tematik yang dibiayai oleh negara,” ujar Sutanto.  [red-uns.ac.id]