PIT IKA ke-6 Digelar di Solo
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ilmu Kesehatan Anak (IKA) ke-6 untuk pertama kalinya digelar di luar ibukota provinsi. Acara yang bakal dihelat pada 5-9 Oktober 2013 akan dihadiri setidaknya 2.918 dokter anak dan dokter umum se-Indonesia.
Demikian ungkap Prof. Dr. Harsono Salimo, dr. SpA(K), ketua panitia pelaksana, saat memberikan keterangan pers kepada wartawan, Senin (30/9). Dia menjelaskan, PIT IKA menjadi agenda tahunan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pertemuan itu menggelar dua agenda utama, meiputi: workshop (5-6 Oktober) dan simposium (7-9 Oktober).
Harsono berharap, hasil pertemuan bertajuk Acceleration of MDGs 2015 Achievement with Comprehensive Management of Pediatric Problems ini bisa mendorong percepatan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan milenium (MDGs). “Angka kesakitan serta kematian bayi dan balita bisa diturunkan secara nasional. Begitupun dengan infeksi mulai dari malaria, diare, maupun pneumonia bisa diatasi secara lebih baik di masa datang,” kata Harsono.
Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) itu mengimbuhkan, Di Jawa Tengah, terdapat 3 jenis penyakit yang dominan terjadi, antara lain: pneumonia atau radang paru-paru, diare, dan infeksi pada bayi yang baru lahir. Ketiga jenis penyakit tersebut juga bakal dibahas dalam PIT IKA ke-6. “Tiga itu paling banyak dialami anak-anak. Kalau angkanya saya tidak tahu secara persis,” tutur Harsono.
Harsono menambahkan, dalam PIT IKA akan dipaparkan 572 abstrak penelitian dan laporan kasus di seluruh Indonesia. Selain itu, pertemuan ini juga bakal menghadirkan 79 pembicara dari dalam negeri dan 7 dari mancanegara, meliputi: Australia, Amerika Serikat, Swedia, Belanda, Belgia, Selandia Baru, dan Polandia.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Panitia II Hari Wahyu Nugroho menjelaskan, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia termasuk yang paling tinggi di ASEAN. Untuk mengatasi hal itu, menurut Hari, perlu adanya kerjasama antarsektoral. “Harus ada kerjasama lintas sektoral untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Karena ini tidak mudah,” terangnya. [red-uns.ac.id]