Nuh: Indonesia Jangan Masuk Middle Income Trap
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhammad Nuh memperkirakan Indonesia bakal menjadi negara berpenghasilan menengah atau middle income pada tahun 2014 dengan pendapatan per kapita US$ 5.000. Kendati demikian, ia berharap, Indonesia tidak terjebak hanya sebagai negara berpengahasilan menengah (middle income trap).
Demikian ungkap Nuh dalam sambutannya yang dibacakan oleh Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Ravik Karsidi pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-68 di halaman rektorat UNS, Sabtu (17/8).
Nuh menjelaskan, pendapatan perkapita Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 mencapai US$ 1.177 lalu meningkat menjadi US$ 2.299 pada 2009. Terakhir, tahun 2012 pendapatan perkapita menembus US$ 3.592.
Penigkatan yang sama juga terjadi pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Dikatakan Nuh, rata-rata lama sekolah terus meningkat mulai dari 7,93 tahun pada 2010, 7,94 tahun pada 2011, dan 8,08 tahun pada 2012. Nuh optimis, rata-rata sekolah akan mencapai 8,25 tahun pada 2014.
“Meskipun, beberapa indikator telah menunjukkan peningkatan dan perbaikan. Namun, masih banyak agenda yang harus kita rampungkan, antara lain aspek pemerataan yang berkeadilan dan kemampuan kita untuk terus meningkatkan IPM tersebut,” ungkap Nuh.
Menurut Nuh, salah satu cara agar tidak terjebak hanya sebagai negara berpenghasilan menengah dapat ditempuh dengan melakukan pergeseran orientasi dari pertumbuhan ekonomi yang berbasis sumber daya alam ke kualitas seumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan mampu berpikir orde tinggi. “Di sinilah mengapa akses ke pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan menjadi sangat penting dan strategis,” tandasnya.
Untuk memperkuat kualitas SDM, lanjut Nuh, pihaknya telah melakukan beberapa terobosan seperti: menggelar Pendidikan Menengah Universal yang dimulai tahun pelajaran 2013/2014, penyelenggaraan beasiswa Bidikmisi serta memberlakukan kurikulum 2013. “Semua itu dimaksudkan untuk menyiapkan manusia Indonesia yang kreatif, inovatif, dan mampu berpikir orde tinggi. Namun, kita pun harus menyadari bahwa Indonesia ini dibangun di atas konstruksi masyarakat majemuk. Untuk itu, melalui dunia pendidikan, kita harus secara terus menerus menyemai benih toleransi, kesantunan, saling menghargai, dan saling menghormati,” kata Nuh.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UNS juga menyerahkan penghargaan kepada 84 mahasiswa berprestasi UNS, 81 orang dosen dan tenaga kependidikan yang purna tugas, dan 8 penghargaan Satya Lencana Karya Satya. [red-uns.ac.id]