Angkat Wayang, Ajarkan Ilmu Politik

Kuliah perdana bagi mahasiswa baru program studi (prodi) Hubungan Internasional (HI) Universitas Sebelas Maret (UNS) terasa berbeda dari biasanya. Pasalnya, kuliah Pengantar Ilmu Politik untuk prodi itu diajarkan melalui pagelaran wayang kulit berbahasa Indonesia yang didalangi langsung oleh Ketua Prodi HI Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA di halaman Parkir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Senin (26/8).

Andrik Purwasito yang menggunakan nama Ki KRT Poerwahadiningrat memilih lakon Reformasi Moral di Amartapura. Lakon tersebut mengisahkan kekacauan yang terjadi di negeri Amartapura. Negeri Amartapura, lanjut Andrik, dipenuhi oleh pejabat negara yang korup, kemerosotan moral bangsa karena korupsi, hedonisme, dan narkoba, dan merajalelanya ketidakadilan serta penegakan hukum yang lemah.

Akibat dari kekeacauan itu muncul provinsi yang ingin memisahkan dari Negara Kesatuan Amartapura. Selain itu, muncul pula ketidakpuasan, apatisme, dan merosotnya kepercayaan rakyat terhadap pemimpin serta intervensi asing terhadap kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan goyahnya kepribadian dalam kebudayaan.

Andrik menerangkan, dipilihnya wayang sebagai metode pembelajaran dimaksudkan untuk mengcounter metode pembelajran yang terlalu Barat. Padahal, kita mempunyai metode pembelajaran yang efektif yaitu menggunakan wayang. “Wayang ini adalah sebagai satu metode yang baru di perguruan tinggi untuk kuliah. Ini sudah yang kedua kali kami terapkan. Mahasiswa merasa senang. Ini ada hiburannya tetapi juga membuat mereka lebih mantap mengetahui persoalan yang sedang terjadi. Karena ada hiburannya, jadi semacam edutainment yang akan terus kami kembangkan sehingga kearifan lokal bisa menjadi satu media pembelajaran di perguruan tinggi dan di sekolah-sekolah,” terang Andrik di sela-sela pembukaan wayang.

Selain itu, penggunaan wayang dalam perkuliahan, lanjut Andrik, sejalan dengan teori yang ia temukan mengenai message engineering. Menurutnya, untuk menyampaikan pesan supaya dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat dapat dilakukan melalui packaging (kemasan) sesuai dengan semangat nilai, norma yang berkembang di masyarakat.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam wayang didalanginya, jelas Andrik, dipilihnya karena wayang di sini difokuskan sebagai media pembelajaran bukan hiburan sehingga mahasiswa secara nasional bisa menerima dan mengerti apa yang yang disampaikannya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UNS Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS menyatakan apresiasinya kepada Prof Andrik atas upayanya itu. Ia mengungkapkan, kuliah tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas. Terlebih, saat ini dunia erat bersanding dengan information and communication technology (ICT). “ICT itu adalah media dan wayang sebagai media tradisional ini juga media. Prof. Andrik ngopeni hal-hal seperti ini. Walaupun Anda dari jurusan HI harus berwawasan global tetapi harus berbasis kepada kearfian lokal. Ini penting,” ujar Ravik Karsidi di hadapan ratusan mahasiswa baru FISIP UNS.[red-uns.ac.id]