UMKM Harus Inovatif

Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) khususnya para perajin batik dituntut harus inovatif.Inovasi dilakukan dengan menciptakan desain baru sehingga batik tak hanya disukai oleh kalangan dewasa tetapi juga kalangan anak muda.

Dosen Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Sarah RH Pinta mengungkapkan, perkembangan industri batik tak pernah dari perkembangan desain baik motif maupun bentuk pakaian jadi. Dengan demikian, para perajin batik dituntut bisa mengikuti tren busana yang sedang bergulir sehingga desain yang dihasilkan tidak monoton.

Menurut Sarah, keberadaan desain yang berkualitas bisa menarik pangsa pasar baru, misalnya kalangan muda. Jika batik yang dihasilkan memilii desain yang terkesan kuno, tentu kalangan muda tak menyukainya.

“Pengembangan desain bisa dilakukan dengan berbagai cara, sepertikombinasi dengan bahan lain atau dengan rekayasa alat produksi. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan penambahan detil hasil proses sulam, bordir, atau pewarnaan,” kata Sarah di sela-sela pameran batik bertajuk Textile, From Traditional To Modern, Senin (21/4), di Atrium Solo Paragon Mall.

Dalam pameran tersebut tak hanya produk UMKM batik yang dipajang, tetapi juga dimeriahkan oleh 18 karya finalis lomba desain busana batik pada ajang lomba desain bertema “Batik Mix 2014.”Lomba tersebut mensyaratkan peserta untuk merancang busana dengan bahan utama batik dan dikobinasikan dengan kain tradisional nusantara.

Selain itu, terdapat pula workshop batik dan pameran teknik pewarnaan batik selama acara berlangsung.Puncak pameran berlangsung pada malam hari dengan digealrnya fashion show.Busana yang diperagakan adalah karya mahasiswa, alumni serta beberapa asal Solo. [red-uns.ac.id]