Rekomposisi KKN UNS Dikeluhkan

Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengeluhkan adanya re-komposisi kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2014 yang dilakukan panitia tanpa informasi sebelumnya. Rencananya, mereka akan diterjunkan ke sejumlah daerah di Surakarta dan sekitarnya Juli mendatang.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS Siswandi mengatakan, pihaknya menerima tiga poin yang dikeluhkan mahasiswa terkait KKN tahun ini. Pertama, secara sepihak tim KKN UNS merombak kelompok KKN mahasiswa tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kedua, banyak mahasiswa yang belum terdaftar, terutama KKN Kemitraan.“Yang ketiga, teman-teman kedokteran menginginkan tidak ada KKN,” ungkap Siswandi pada wartawan, Jumat (9/5).

Keluhan para mahasiswa ini bermula ketika mereka yang telah memiliki kelompok secara otomatis by system, tiba-tiba diubah kelompoknya oleh tim KKN UNS. Padahal kelompok-kelompok tersebut telah terbentuk sejak mereka mendaftar KKN secara online beberapa waktu lalu. Kelompok by system itu pun telah mengadakan koordinasi dan membahas tema apa yang mereka angkat di lokasi KKN. Akibatnya, mereka merasa dikecewakan dengan perombakan tim KKN. Mahasiswa pun meminta penjelasan tentang perombakan KKN.

Sedangkan mahasiswa kedokteran menginginkan tidak ada KKN dengan alasan sudah cukup terbebani dengan kegiatan praktikum dan magang di instansi kesehatan setiap bulannya.“Nanti kami tanyakan lagi hal ini (KKN).Kemungkinan ada sosialisasi dan audiensi,” kata Siswandi.

Terpisah, Kepala Unit Pelaksanaan (UP) KKN UNS, Rahayu meminta maaf atas perubahan yang terjadi.Ia menjelaskan, KKN UNS tahun ini dapat dibilang babat alas setelah vakum selama 16 tahun. Sehingga segala sesuatunya cukup baru dan masih penyesuaian.Ia menegaskan perubahan bukanlah perombakan menyeluruh pada kelompok tapi re-komposisi. Re-komposisi ini untuk menyeimbangkan jumlah peserta laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok, serta pemerataan program studi (prodi).

Dosen Fakultas Pertanian ini menjelaskan, penyeimbangan komposisi laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok penting, karena menyangkut perlindungan dan keamanan kelompok.Sementara jumlah peserta laki-laki terbilang minim, hanya 25 persen dari total peserta KKN keseluruhan yang mencapai sekitar 2.100 mahasiswa.

Dari total peserta KKN sekitar 2.100 mahasiswa, sebut Rahayu, hanya 500 orang yang mengalami re-komposisi kelompok. Sisanya telah sesuai dengan lokasi yang dipilih.“Karena mahasiswa laki-lakinya tidak sampai 50 persen sebagaimana (komposisi) IT (idealnya 50:50).Tapi hanya 25 persen. Jadi kan di tempat lain nggak ada laki-laki. Maka harus terjadi perombakan.Kalau KKN di lokasi perempuan semua kita malah menyalahi aturan,” terang Rahayu.

Lebih lanjut ia menjelaskan, setiap kelompok harus terdiri dari tiga fakultas eksak dan non eksak. Namun kenyataannya, kelompok-kelompok yang terbentuk banyak didominasi oleh prodi ilmu sosial serta mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Bahkan ia menyebutkan, hampir 48 persen peserta KKN adalah mahasiswa FKIP. Maka mau tidak mau tim UP KKN harus menata ulang komposisi kelompok.

Disamping itu, tidak seimbangnya komposisi kelompok juga disebabkan oleh minat mahasiswa yang tidak merata.Rahayu mengatakan, beberapa lokasi yang jaraknya cukup jauh seperti Demak, Blora, dan sekitarnya peminat KKN sangat sedikit.“Padahal itu juga mitra UNS yang perlu dijaga hubungannya.Mau nggak mau ini juga memindah,” kata dia.

Rencananya, KKN UNS akan diterjunkan satu pekan sebelum pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli. Sekitar 2.100 mahasiswa UNS angkatan 2011 akan terjun di 240 desa di 17 kabupaten/kota wilayah Solo Raya dan sekitarnya. Selain 240 desa tersebut, masih ada dua kelompok yang akan melakukan KKN di luar Jawa yakni 23 mahasiswa ke Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan 13 mahasiswa ke Pulau Rote 13 orang.

Masing-masing lokasi KKN memiliki tema yang berbeda-beda.“Yang di NTT dan Pulau Rote temanya Peningkatan Pendidikan dan Kesehatan. Untuk yang lain macam-macam tergantung kebutuhan dan masalah disana apa, seperti wisata, peningkatan kesehatan, pengentasan kemiskinan, posdaya, dan lainnya,” tutup Rahayu.   [Bagian Sistem Informasi UNS]