Indonesia Harus Turut Jaga Kawasan Timur Tengah
Keberadaan kawasan Timur Tengah berdampak signifikan bagi Indonesia.Hal itu menuntut Indonesia harus turut menjaga kawasan Timut Tengah tetap kondusif. Sebab, jika Timut Tengah bergejolak, pemerintah bertanggung jawab memulangkan setidaknya 1,5 juta WNI yang berada di kawasan tersebut.
Demikian ungkap Direktur Timur Tengah Direktorat Jenderal (Dirjen) Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Febrian A Ruddyad, dalam orasinya saat kuliah umum Perkembangan Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Indonesia di Kawasan Timur Tengah, Selasa (29/4), di ruang seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS).
Menurut Febrian, Timur Tengah memiliki pressure yang kuat. Hal ini berdampak pada apapun yang terjadi di Timur Tengah bakal berimbas pada domestik Indonesia.Kondisi tersebut memaksa Indonesia harus memiliki pilar politik luar ngeri (polugri) yang kuat. Kelima pilar itu menurut Febrian, antara lain: peaceful (perdamaian), prosperous (kemakmuran), democratic (demokratis), bebas senjata nuklir, dan dukungan perjuangan Palestina.
Pada pilar perdamaian, Indonesia dituntut untuk mewujudkan kawasan Timur Tengah yang damai, mencegah ekstremisme dan terorisme, dan turut menjaga kondisi yang kondusif untuk pembangunan.Upaya ini juga menjadi bagian dalam memberikan perlindungan kepada para WNI di kawasan tersebut.
Sedangkan, pada pilar kemakmuran, lanjut Febrian, erat kaitannya dengan kerjasama di bidang ekonomi.Menurutnya, investasi di Indonesia yang berasal dari Timu Tengah diperkirakan mencapai 10-15 milyar dollar Amerika.
Selain itu, Febrian menuturkan, kawasan Timur Tengah menjadi satu-satunya kawasan di dunia yang tidak memiliki traktat pelarangan senjata nuklir.Apalagi keberadaan Israel yang mampu mengembangkan nuklir menjadi ancaman pemicu terjadinya perang nuklir dari Timur Tengah.
Aspek lain yang tak kalah krusial adalah pada bidang pendidikan dan sosial budaya. Saat ini, kata Febrian, Timur Tengah masih menjadi primadona tujuan mahasiswa Indonesia untuk studi bidang keislaman, seperti: pertukaran pelajar, pertukaran pengajar, pemberian beasiswa, bantuan pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, bantuan amal untuk bencana alam yang berasal dari Timur Tengah untuk Indoensia dinilai cukup banyak.“Hal ini yang membuat Indonesia dekat dengan Timur Tengah,” kata Febrian. [Bagian SI-UNS]