Pengembangan Blue Economy Pada Kluster Tempe Kripik
Blue Economy atau ekonomi biru merupakan sebuah konsep ekonomi yang tengah dikembangkan untuk menjawab tantangan atas sistem ekonomi yang cenderung eksploitatif dan merusak lingkungan , kerusakan utama disebabkan oleh adanya limbah, eksploitasi sumber daya alam yang melebihi kapasitas atau daya dukung alam . Moto utama Blue Economy adalah tidak ada sampah/ limbah yang terbuang.
Penelitian yang dilakukan Pusat Pengkajian Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret (PPKDK LPPM UNS) bekerjasama dengan Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Ngawi dengan judul “ Kajian Pengembangan Sentra Industri Kripik Tempe di Kabupaten Ngawi, memperoleh hasil bahwa Blue Economy bisa dikembangkan di salah satu desa penghasil kripik di desa Karang Tengah Prandon Ngawi dengan menginisiasi kombinasi antara industri kripik dengan peternakan sapi. Sapi merupakan salah satu komoditi yang selama ini dijadikan sebagai usaha sampingan namun belum dipadukan dengan industri tempe kripik.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sapi yang diberi makan campuran limbah kulit ari dan bungkil kedelai ternyata mempunyai potensi untuk gemuk lebih cepat dibandingkan yang tidak diberikan kulit ari kedelai. Disisi lain limbah ternak sapi yang terdiri atas urine sapi dengan feses sapi ternyata bisa dikembangkan menjadi pupuk cair yang bernilai tinggi dan biogas untuk kotoran feses sapi. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan bahkan dalam skala besar biogas bisa digunakan sebagai pembangkit listrik. Berangkat dari latar belakang tersebut diatas maka PPKDK LPPM UNS bekerjasama dengan BNI 46 dan Pemerintah Kabupaten Ngawi mengadakan penandatanganan kerja sama sebagai bentu kerjasama ABCG (Academic, Business, Community dan Government) dengan peran dan tanggung jawab sesuai tupoksi dan potensi masing-masing, kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung LPPM UNS oleh Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si Ketua LPPM dan Pimpinan BNI 46 Cabang Surakarta Syarif Sagaf, Rabu (12/11). [LPPM UNS]